Saturday, 30 August 2014

Selamat Datang Semester Baru

Kalo sebelum-sebelumnya saya menjuluki diri saya dengan MTA atau Mahasiswi Tingkat Akhir, sekarang saya sepertinya lebih cocok dengan sebutan Mahasiswi Semester Akhir. Harapan saya, ini adalah semester terakhir saya di kampus, bukan karena saya bosan jadi mahasiswa. Tapi karena biaya kuliah semakin lama semakin mahal. Kalo gak ada Allah, saya gak tau darimana saya bisa bayar SPP segitu gedenya.
Selamat datang semester baru, semester yang mungkin saja akan jadi momen terakhir saya di dakwah kampus sebelum akhirnya kembali ke kampung halaman tercinta. Semester yang pastinya akan penuh dengan darah karena saya dikejar deadline, gak hanya KKN dan skripsi tapi juga target-target dakwah dan itulah prioritas saya.
Meskipun saya sudah semester akhir, perjuangan tetaplah belum berakhir. Sampai Khilafah tegak atau di tengah jalan diri ini gugur dan digantikan oleh yang lain. Selamat datang semester baru, semester pembenahan diri sebelum terjun ke dunia yang sebenarnya, masyarakat.
Selamat jadi mahasiswi semester akhir, Dit :D

Shelter, August 23rd 2014. 09:54 PM. Menjelang rehat.


Backsound : VIXX – Light Me Up

Friday, 29 August 2014

Menuju Putaran ke-22


Seperti baru kemarin saya menulis note untuk diri saya sendiri. Tidak terasa sudah setahun sejak saya menulis note super absurd itu. Dan sekarang saya sudah nyaris memasuki usia 22 tahun. Usia yang tidak bisa dibilang remaji eh remaja apalagi abege. Usia yang kata salah satu teman saya udah harus “segera” menikah *plis deh*

Yah, menuju usia 22 tahun ada beberapa pertanyaan mainstream yang sering tertuju pada saya. Saat pertanyaan itu dilontarkan, saya baru tersadar bahwa saya sudah bukan anak kecil lagi. Gerbang kedewasaan telah lama terbuka dan saya telah lama menapakinya. Saya teringat perkataan ustadzah saya.

“Orang lain boleh saja peduli pada kita. Tapi, seharusnya yang peduli pada kita adalah diri kita sendiri. Karena pilihan kita hari ini akan menentukan akan jadi apa kita di masa depan”.

Dan sekali lagi itu adalah sebuah tamparan yang menyejukkan hati saya. Pengingat saat saya masih suka bermain-main dengan waktu. Padahal, kematian itu pasti datang, siap atau tidak siap. 

Menuju putaran ke-22, saya dikejutkan sebuah cerita menarik yang membuat saya tidak berhenti tertawa saat mengingatnya. Sebuah percakapan antara anak berusia 5 tahun dengan teman saya. Dan lucunya saya tidak habis pikir kenapa anak itu bisa punya kesimpulan yang bahkan tidak terpikirkan oleh saya. Sebuah pertanyaan polos yang membuat saya nyaris terbahak. 

I        : Mbak, kapan lulusnya? (bertanya dengan polos pada teman saya)
M       : Emang kenapa? (Teman saya tidak tahu apa maksud anak ini tiba-tiba nanya begitu. Apalagi saya)
I        : Katanya Mbak seneng sama adek. Mbak gak mau ngurusin adek kalo udah lulus?
M       : Emang ngurus adek maksudnya gimana?
I        : Nikah. Kan nanti ada adeknya

Suasana hening dan saya langsung tertawa. Haha, ternyata anak kecil bisa punya kesimpulan imajinatif kayak gitu. Belajar dimana ya dia? :D *Mbak Ir, jjang ^^* Intinya, saya juga harus siap-siap dengan pertanyaan seperti itu. Lebih menakutkan daripada pertanyaan to the point :D

Yang kedua, saya ingin mengubur salah satu passion saya. Ah, sepertinya itu bukan passion. Soalnya saya punya banyak, haha :D Yah, salah satu hal yang saya senangi tapi sepertinya saya tidak berjodoh dengannya. Dan sepertinya saya lebih baik merelakannya saja seperti yang telah saya lakukan sebelumnya. Kedengarannya gloomy banget ya? But I’ll try to find something that suite me well. I believe Allah will lead me to find it. Dan yang pasti, saya akan tetap menulis untuk perubahan dan revolusi, yeah! 

Shelter, August 26th 2014. 09:50 PM. After a surprise.