Saturday, 30 August 2014

Selamat Datang Semester Baru

Kalo sebelum-sebelumnya saya menjuluki diri saya dengan MTA atau Mahasiswi Tingkat Akhir, sekarang saya sepertinya lebih cocok dengan sebutan Mahasiswi Semester Akhir. Harapan saya, ini adalah semester terakhir saya di kampus, bukan karena saya bosan jadi mahasiswa. Tapi karena biaya kuliah semakin lama semakin mahal. Kalo gak ada Allah, saya gak tau darimana saya bisa bayar SPP segitu gedenya.
Selamat datang semester baru, semester yang mungkin saja akan jadi momen terakhir saya di dakwah kampus sebelum akhirnya kembali ke kampung halaman tercinta. Semester yang pastinya akan penuh dengan darah karena saya dikejar deadline, gak hanya KKN dan skripsi tapi juga target-target dakwah dan itulah prioritas saya.
Meskipun saya sudah semester akhir, perjuangan tetaplah belum berakhir. Sampai Khilafah tegak atau di tengah jalan diri ini gugur dan digantikan oleh yang lain. Selamat datang semester baru, semester pembenahan diri sebelum terjun ke dunia yang sebenarnya, masyarakat.
Selamat jadi mahasiswi semester akhir, Dit :D

Shelter, August 23rd 2014. 09:54 PM. Menjelang rehat.


Backsound : VIXX – Light Me Up

Friday, 29 August 2014

Menuju Putaran ke-22


Seperti baru kemarin saya menulis note untuk diri saya sendiri. Tidak terasa sudah setahun sejak saya menulis note super absurd itu. Dan sekarang saya sudah nyaris memasuki usia 22 tahun. Usia yang tidak bisa dibilang remaji eh remaja apalagi abege. Usia yang kata salah satu teman saya udah harus “segera” menikah *plis deh*

Yah, menuju usia 22 tahun ada beberapa pertanyaan mainstream yang sering tertuju pada saya. Saat pertanyaan itu dilontarkan, saya baru tersadar bahwa saya sudah bukan anak kecil lagi. Gerbang kedewasaan telah lama terbuka dan saya telah lama menapakinya. Saya teringat perkataan ustadzah saya.

“Orang lain boleh saja peduli pada kita. Tapi, seharusnya yang peduli pada kita adalah diri kita sendiri. Karena pilihan kita hari ini akan menentukan akan jadi apa kita di masa depan”.

Dan sekali lagi itu adalah sebuah tamparan yang menyejukkan hati saya. Pengingat saat saya masih suka bermain-main dengan waktu. Padahal, kematian itu pasti datang, siap atau tidak siap. 

Menuju putaran ke-22, saya dikejutkan sebuah cerita menarik yang membuat saya tidak berhenti tertawa saat mengingatnya. Sebuah percakapan antara anak berusia 5 tahun dengan teman saya. Dan lucunya saya tidak habis pikir kenapa anak itu bisa punya kesimpulan yang bahkan tidak terpikirkan oleh saya. Sebuah pertanyaan polos yang membuat saya nyaris terbahak. 

I        : Mbak, kapan lulusnya? (bertanya dengan polos pada teman saya)
M       : Emang kenapa? (Teman saya tidak tahu apa maksud anak ini tiba-tiba nanya begitu. Apalagi saya)
I        : Katanya Mbak seneng sama adek. Mbak gak mau ngurusin adek kalo udah lulus?
M       : Emang ngurus adek maksudnya gimana?
I        : Nikah. Kan nanti ada adeknya

Suasana hening dan saya langsung tertawa. Haha, ternyata anak kecil bisa punya kesimpulan imajinatif kayak gitu. Belajar dimana ya dia? :D *Mbak Ir, jjang ^^* Intinya, saya juga harus siap-siap dengan pertanyaan seperti itu. Lebih menakutkan daripada pertanyaan to the point :D

Yang kedua, saya ingin mengubur salah satu passion saya. Ah, sepertinya itu bukan passion. Soalnya saya punya banyak, haha :D Yah, salah satu hal yang saya senangi tapi sepertinya saya tidak berjodoh dengannya. Dan sepertinya saya lebih baik merelakannya saja seperti yang telah saya lakukan sebelumnya. Kedengarannya gloomy banget ya? But I’ll try to find something that suite me well. I believe Allah will lead me to find it. Dan yang pasti, saya akan tetap menulis untuk perubahan dan revolusi, yeah! 

Shelter, August 26th 2014. 09:50 PM. After a surprise.
  

Thursday, 3 July 2014

Bitter Blood (2014)


I’m back!! Haha, akhirnya setelah sekian lama bisa review lagi *padahal, tadinya udah mau vakum :p*
Kali ini saya mau review dorama Jepang yang baru aja selesai. Haha, gara-gara salah seorang teman saya jadi demen sama cerita yang berbau action sama detektif :D apalagi kalo yang pemainnya keren *eh *lupakan
 Ngomong-ngomong, gimana rasanya di hari pertama kerja dan ternyata kamu ketemu sama orang yang paling gak ingin kamu temui? Apalagi kalo orang itu ditunjuk menjadi partner kerja kamu. Haha, pasti rasanya kayak ketiban gedung WTC :D
Sahara Natsuki
Itu juga yang dirasain sama Sahara Natsuki (Satou Takeru) di hari pertamanya bekerja di Kantor Polisi Distrik Ginza di Divisi Investigasi Kriminal. Yup, Sahara Natsuki adalah seorang detektif polisi (Bahasa Jepangnya Keiji. Dan akhirnya saya tau bedanya Keiji sama Tantei yang artinya sama-sama detektif. Tapi kalo Keiji dari kanji Kei yang artinya polisi). Di hari pertamanya bekerja, dia menemui banyak halangan untuk bisa sampai ke kantornya. Pertama, dia bertemu dengan ibu hamil dan anaknya yang baru mau masuk TK. Trus, dianterin sama dia. Habis itu, di jalan ada nenek yang dirampok. Mau gak mau dia nolongin. Yah, bisa dibilang si Sahara ini gak tegaan. Kalo liat orang kesulitan aja bawaannya pengen dibantu. Padahal, dia gak tau kapasitasnya. Untung aja ada Maeda Hitomi (Kutsuna Shiori) yang nolongin dia nangkap penjahat. Maeda Hitomi ini yang nantinya jadi teman sekantornya yang juga sama-sama anggota baru di Divisi Investigasi Kriminal (dan nantinya si Sahara bakalan suka sama Maeda :D).
Sahara Natsuki dan Shimao Akimura
Dan betapa shock-nya dia ketika melihat Shimao Akimura (Atsuro Watabe) yang ternyata adalah ayah kandungnya di kantor. Jadilah mereka berdua bahan godaan orang-orang di divisi tersebut. Dan hari itu, ketua divisi, Inspektur Kagiyama (Takahashi Katsumi) langsung memutuskan mereka sebagai partner. Responnya? Ya jelas aja mereka nolak apalagi Sahara yang merasa udah dibuang sama ayahnya. Shimao yang gengsi karena harus jadi rekan kerja anaknya (padahal sebenarnya senang tuh) dan merasa sebagai senior akhirnya jadi jutek. Apalagi dia gak mau kehilangan image stylish-nya. Gimana perjalanan mereka sebagai partner dalam menangani kasus-kasus kriminal di Distrik Ginza? Hehe, mending nonton sendiri aja dah biar gak penasaran :D
      
Divisi Investigasi Kriminal Tim 1
Secara keseluruhan dorama ini bercerita tentang kehidupan detektif polisi di Divisi Investigasi Kriminal Distrik Ginza. Divisi ini diketuai oleh Inspektur Kagiyama Kensuke (Takahashi Katsumi). Dan setiap orang di sini punya nickname atau nama panggilan. Shimao Akimura punya nama panggilan Gentle karena dia selalu bergaya ala-ala Gentleman dan rada playboy juga (makanya Sahara sering kesel sama bapaknya). Ada Inaki Toshifumi (Fukikoshi Mitsuru) yang nama panggilanya Chaser saking pintar dan rajinnya bekerja. Trus ada Koga Hisashi (Tanaka Tetsushi) yang nama panggilannya Bachelor karena dia gagal terus dalam urusan jodoh (Bachelor itu sebutan buat orang yang single kalo di Jepang) tapi dia yang tembakannya paling jitu. Ada Togashi Kaoru (Minagawa Sarutoki) yang nama panggilannya Skunk (mungkin karena dia punya bau mulut kali ya :p) dan ada Takano Koji yang biasa dipanggil Taka (KEIJI). Dan sebenarnya si Taka ini yang ngasih nama panggilan ke semua rekan kerjanya, termasuk ke Sahara yang dikasih nama Junior dan bikin Sahara selalu dibully, disuruh ini-itu (Satou Takeru tampangnya bener-bener gak banget dah kalo udah adegan dibully -_-“).
   Sekedar info, Ginza adalah salah satu distrik di Tokyo. Ginza terletak di Distrik Chuou yaitu salah satu dari 23 distrik istimewa di Tokyo (Saya belum pernah ke Jepang sih jadi belum tau gimana tata kota di sana. Yang jelas beda sama Indonesia hehehe). Ginza dulunya adalah tempat percetakan uang logam perak di zaman Edo. Dan sekarang Ginza adalah salah satu kota fashion yang terkenal di dunia. Di Ginza juga tumbuh subur kehidupan malam dan banyak bar serta hostess (sebutan untuk perempuan/lelaki penghibur di bar). Dan namanya kota metropolitan pasti kriminalitasnya menjamur. Nah, kayak gini nih yang bikin divisinya Sahara sibuk. Udah gitu penjahatnya serem-serem lagi. Suka bawa senjata tajam sama pistol. Tapi, sebenarnya yang bikin kacau semuanya adalah seseorang yang bernama Kaizuka Takehisa yang pengen balas dendam ke Shimao lewat Sahara dan juga melibatkan Maeda Hitomi karena Hitomi adalah anak dari partner Shimao, yakni Maeda Shuichi yang juga tewas ditembak sama Kaizuka (ini yang bikin Hitomi ngefans sama Shimao dan bikin Sahara jadi cemburu sama bapaknya :D)
    
Maeda Hitomi dan Kaizuka
Wajar sih ada orang seperti Kaizuka. Sistem Kapitalis yang semakin hari semakin mencekik orang-orang dan menjauhkan mereka dari keberadaan Allah SWT sebagai Pencipta dan Pengatur, membuat manusia-manusia berubah menjadi monster yang mencari keadilan dengan tangan mereka sendiri. Mereka memutuskan yang benar dan yang salah serta yang baik dan yang buruk dengan persepsi yang ada di kepala mereka masing-masing. Akhirnya, mereka justru mengorbankan orang lain demi keadilan yang mereka impikan dengan standar mereka tentunya. Dan akhirnya polisi juga bisa jadi pihak yang disalahkan karena tidak bisa mengatasi kasus kejahatan yang selalu bertambah setiap harinya. Mereka harus meninggalkan keluarganya berhari-hari untuk menyelesaikan kasus-kasus pembunuhan yang tidak diketahui motifnya, seperti Inspektur Kagiyama yang jarang pulang ke rumah. Atau mereka terpaksa berurusan dengan pihak-pihak gelap seperti Chaser Inagi waktu anaknya sakit parah. Dan yang pasti nyawa mereka selalu terancam karena pelaku kejahatan tidak akan tinggal diam seperti yang dialami hampir semua anggota Divisi Investigasi Kriminal. Dan karena alasan melindungi semua orang dari bahaya serta tidak ingin melihat siapapun terluka, akhirnya Sahara Natsuki memutuskan menjadi seorang detektif polisi. Dan karena tidak ingin melihat anaknya dalam bahaya, akhirnya Shimao Akimura nolak waktu dipindahin di Kantor Polisi Pusat di Tokyo.
    
Menurut saya dorama ini menarik karena ceritanya yang mengalir apa adanya dan menunjukkan realita yang terjadi di kota metropolitan, termasuk senioritas di kantor. Hubungan yang kuat antara orang tua dan anak meskipun tidak langsung dengan ungkapan kata-kata romantis dan seringkali yang terjadi malah adu argument justru bikin saya tersentuh. Kepolosan tokoh utama juga bikin saya tertawa dan akhirnya saya jadi suka sama Detektif  haha :D
  Sayangnya episodenya terlalu sedikit dan menurut saya ada bagian yang seharusnya ditampilkan biar ceritanya gak ngambang *sok banget* tapi overall, saya suka banget sama dorama ini dan saking sukanya saya sering ngulang-ngulang beberapa episode seperti episode 7 dan episode 11 (last episode) soalnya saya suka pas Sahara sama Maeda ngobrol. Sahara jadi kikuk banget trus backsound romantis tiba-tiba jadi hambar :D
Empat jempol deh buat Bitter Blood ^^

(dari Kiri) : Bachelor, Chaser, Inspektur, Gentle, Junior, Hitomi, Skunk, Taka

Special for Amel Chan *tak kusangka kau sudah menontonya :D*


Tuesday, 20 May 2014

My First Team

santabanta.com
Saya masih ingat ketika saya pertama kali berada di tim ini. Tim pertama saya sebelum tim saya yang sekarang. Tim Fakultas Ilmu Budaya. Orang-orangnya adalah kami yang kuliah di fakultas tersebut. Pada waktu itu hanya saya yang sastra Jepang. Selebihnya Sastra Inggris. Awalnya, tim dakwah ini hanya ada empat orang. Saya, Maryam, Sila, dan Nana. Setahun kemudian, komposisinya berganti. Tanpa Maryam, Nana dan Sila. Kemudian masuknya dua anggota baru di tim ini. Nurmah dan Nurus. Selama beberapa waktu kami melaksanakan misi bertiga. Hampir setahun se-tim bertiga, kami ketambahan personil baru, yakni Ami dan Fita. Dl penanggung jawab tim adalah Nurmah dan kemudian dialihkan ke saya. Selama beberapa waktu kami menjalankan misi berlima. Lalu, Masyith dan Amel masuk ke tim kami. Saat itu, tinggal Nurus dan Nurmah yang jurusan Sastra Inggris. Saya, Ami dan Masyithoh jurusan Sastra Jepang. Sedangkan Fita dan Amel jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jepang. Alhamdulillah peluang kami membuka lahan dakwah di jurusan lain semakin besar seiring dengan bertambahnya jumlah personil tim. 

Meskipun, tim ini memang seperti pelangi. Penuh warna. Tidak semua cerah. Ada yang suram, gelap dan misterius juga *saya kali ya :D* Tapi, inilah ikatan yang kami bentuk di tim. Tidak mudah memang menyatukan berbagai macam jenis karakter untuk selalu berada dalam jalan yang sama. Namun, karena mimpi kita sama yakni kembalinya kehidupan Islam dibawah naungan Khilafah, itulah yang membuat kami rela mengorbankan apapun termasuk perasaan kami. Dan alhamdulillah tahun berikutnya bertambah lagi personil di tim ini. Ada Putri, Arin dan Dewi. 

Tidak terasa 2 setengah tahun saya bersama tim ini. Sudah banyak juga suka duka yang kami lewati. Perlahan diri ini mampu melewati sedikit batas yang dulu dibuat sendiri. Berusaha untuk akrab dengan teman-teman, memahami perasaan masing-masing. Dan ketika mengingat senyuman teman-teman, rasanya ingin menangis. Kangen masa-masa bareng di tim. Membuat berbagai uslub agar dakwah di fakultas tidak beku dan mati, berusaha membantu kesulitan yang lain. Ketika dakwah ditolak, di-PHP kontakan, ada yang akhirnya keluar, dsb. Itulah suka dukanya. Dan semua baru terasa ketika ternyata saya harus pindah ke tim yang baru dan sektor yang baru pula. Apalagi dengan kondisi saya yang sudah jarang kuliah karena emang gak ada kuliah hehehe. Jadi makin jarang ketemu teman-teman. 

Tapi, itulah dakwah. Semoga teman-teman semakin baik dengan komposisi tim yang baru. Jangan bosan. Karena dakwah itu harus sabar. Semoga bisa ngumpul lagi ya. Karena waktu itu gak sempat perpisahan dulu ^^

Minna, antatachi to deatta, hontou ni yokatta. Iro iro na koto wo oshiete kureta, hontou ni arigatou. Itsumo ganbatte ne! Ishhoni yaru nara, zettai ni katsu! Makeruna, minna!

Shelter, May 20th 2014. 10:14. Antatachi no egao wo omoidashite iru.

May J.Beautiful Day

Sunday, 18 May 2014

Berjalan Bersama Luka


 equinoxeles.blogspot.co
“Kau tidak akan bisa menjadi seorang Kage jika kau belum bisa menanggung beban seorang Kage”. (Gaara kepada Naruto)

”Selama dunia Ninja masih dengan sistem seperti ini, selama itu pula dunia Ninja akan selalu diliputi oleh kebencian”. (Yondaime Hokage kepada Naruto)

Setiap orang pasti memiliki masa lalu kelam. Memiliki luka yang mereka tanggung dan sakit hati yang mereka bawa dalam hidupnya. Setiap luka dan kesendirian selalu meminta tempat untuk berteduh. Dan setiap orang mencari tempat untuk menyembuhkan luka dan rasa sakit dari hatinya.

Allah SWT. Berfirman :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal beum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkata Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat". (Al Baqarah [2] : 214)

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan…” (Al Baqarah [2] : 155)

Rasulullah SAW. Bersabda :
“Para Nabi, kemudian orang-orang yang shalih kemudain generasi setelahnya dan generasi setelahnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya. Apabila ia kuat dalam agamanya, maka ujian akan semakin ditambah. Apabila agamanya tidak kuat, maka ujian akan diringankan darinya. Tidak henti-hentinya ujian menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi ini dengan tidak memiliki kesalahan sedikit pun” (HR. Ahmad)

Dan benarlah hadist Rasulullah. Bahwa seseorang diuji berdasarkan kadar keimanannya. Dan yang tentu merasakan luka yang paling dalam dan sakit yang paling berat adalah para Nabi dan Rasul. Diantara mereka pun masih ada yang lebih berat lagi, yakni Ulul Azmi dimana salah satunya adalah Rasulullah SAW. sendiri. Dan benar pula bahwa manusia tidak akan berhenti diuji hingga ia berjalan tanpa kesalahan sedikit pun dan itu berarti tidak mungkin hidup manusia tidak diliputi dengan ujian. Namun, tentu terdapat perbedaaan antara orang-orang yang kuat imannya dengan yang tidak.

Orang yang kuat keimanannya kepada Allah, percaya bahwa ujian berupa luka dan rasa sakit merupakan bukti cinta Allah dan tempaan Allah untuk menjadikannya semakin kuat dan tangguh. Ia sadar bahwa ujian akan membuatnya menjadi orang yang lebih baik sehingga ia berusaha mencintai setiap ujian yang datang padanya meski itu berupa luka dan rasa sakit. Berbeda dengan orang yang tidak kuat keimanannya kepada Allah. Ia akan membenci ujian dan berusaha menyalahkan apapun yang bisa ia salahkan. Berlari dan terus berlari dari kenyataan hingga ia tidak menemukan jalan keluar selain jebakan kebencian yang tidak ada habisnya.

Hal tersebut wajar karena saat ini jebakan kebencian itu berada dalam sebuah jebakan yang lebih besar lagi, yakni sistem Demokrasi-Kapitalisme. Jebakan kebencian ini muncul dari segala penjuru tanpa peduli siapa yang terjebak di dalamnya. Dan akhirnya tak ada yang berpikir untuk keluar dari jebakan ini. Karena cinta dan benci adalah dua hal yang tidak jauh berbeda. Dua-duanya dapat bermuara pada luka dan menimbulkan rasa sakit. Semakin seseorang mencintai, kemungkinan dia terluka akan semakin besar. Hingga akhirnya dia tidak bisa memilih kecuali membenci. Namun, rasa sakit karena mencintai tidak sama dengan rasa sakit karena membenci.

Di luar sana, ada orang-orang yang berusaha menghancurkan kutukan kebencian ini dengan menghancurkan sistem Demokrasi-Kapitalisme dan menegakkan sebuah sistem baru yang akan memberikan cinta kepada semua orang, yaitu Khilafah. Mereka berdakwah tanpa henti. Dan berjalan bersama luka karena sistem dan luka yang harus mereka rasakan sebagai seorang pengemban dakwah. Itulah luka karena cinta. Namun balasannya tentu tak terkira. Surga yang luasnya seluas langit dan bumi.

Allah SWT berfirman :
“Allah tidak akan membebankan sesuatu melainkan dengan kesanggupan hambaNya…” (Al Baqarah [2] : 286)

“…Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innalillahi wa inna ilaihi raji’uun”. Mereka itulah orang yang mendapat keberkahan sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (Al-Baqarah [2] : 155-157)

Besi kuat karena tempaan. Manusia kuat karena ujian. Tak seorang hebat pun yang tidak lahir dari luka dan rasa sakit. Maka seseorang yang beriman tentu tak takut dengan luka. Karena luka adalah penghapus dosa. Dan sisi Allah mereka akan mendapatkan tempat terbaik, yakni Surga. Karena Allah tidak akan ingkar janji.

“Aku percaya, suatu saat akan ada masa dimana semua orang bisa saling memahami satu sama lain” (Jiraiya Sensei)


Shelter, May 18th 2014. 10:25 AM. Membayangkan langit di luar sana.
Backsound : Utsusemi an instrument by Takanashi Yasuharu




Saturday, 3 May 2014

My Favourite Characters on Anime (1)

Senang sekali rasanya bisa kembali nulis di blog setelah beberapa waktu vakum. Lebih tepatnya karena saya bingung mau nulis apa meskipun sebenarnya saya punya banyak isi kepala yang menunggu ditumpahkan dalam tulisan :D *ngeles banget mah kalo yang ini*

Oke, seperti judulnya, kali ini saya mau bercerita tentang beberapa tokoh anime yang saya sukai. Beberapa waktu ini saya emang lagi heboh sama anime super hero dan sport. Gak sih, cuma kayak kebawa masa lalu. Dulu suka anime trus setelah sekian lama gak nonton lagi. Baru-baru ini lagi tersepona eh terpesona dengan Naruto. Jadi inget pas gandrung sama komik Eyeshield 21. Ya, daripada ngeliat yang cinta-cintaan bikin pusing aja. Tapi, ini bukan asal nonton. Makanya saya juga milih-milih. Dan saya menitikberatkan pada ceritanya. Sebelum Naruto, saya pernah nonton Kuroko no Basuke dan rencananya mau saya jadiin bahan tugas akhir haha *semangat amaaattt*

Baiklah, daripada berlama-lama, saya perkenalkan saja mereka-mereka itu. 

Pertama, ada Uzumaki Naruto. Dari awal baca komiknya, saya udah suka sama anak ini. Ngingetin banget sama masa kecil saya yang penuh dengan kesedihan. Tapi, Naruto menyelesaikannya dengan baik. Sedangkan saya membutuhkan proses yang lebih panjang sebelum saya benar-benar berdamai dengan semuanya. Naruto adalah seorang jinchuuriki, yakni orang yang menjadi medium monster berekor. Dan di dalam tubuh naruto ada seekor monster rubah berekor sembilan yang biasa disebut Kyuubi, padahal nama asli Kyuubi itu Kurama *jujur, Kurama aslinya unyu lho pas kecil. Telinganya panjang kayak kelinci trus ekornya banyaakk :D* Sedari kecil, Naruto selalu dijauhi. Dan dia bertekad untuk menjadi lebih kuat biar orang-orang bisa mengakui keberadaannya sebagai bagian dari desa Konoha. Sejak saat itu dia putuskan untuk menjadi Hokage, istilah untuk kepala desa *tapi kepala desa di sini berarti orang terhebat di desa*

Naruto itu super optimis dan percaya diri. Dan dia sangat menghargai sebuah kata bernama persahabatan.  Seperti juga saya. Sampai sekarang malah. Karena memang dia pernah merasakan kesedihan, pahit, sakit dan betapa sepinya hidup tanpa teman. Itu juga yang bikin saya suka punya teman haha :D Dan ketika itu hanya Sandaime Hokage (Hokage ke-3) dan Iruka sensei yang menerimanya dengan tulus. Tapi, sejak lolos dari akademi dan bergabung di Tim 7 bersama Kakashi sensei, Sakura dan Sasuke, Naruto semakin bertambah kuat karena dia memiliki alasan untuk itu. Melindungi orang-orang yang dia sayangi. Kemampuan Naruto menerima kekurangan dirinya, menanggung seluruh beban sebagai seorang jinchuuriki dan percaya pada kekuatannya untuk bisa melindung teman-temannya membuat saya banyak belajar *saya sampai nangis pas Naruto berhadapan dengan sisi gelap dirinya sendiri dan memutuskan untuk menerima dirinya sendiri. Berasa natap cermin trus lihat diri sendiri* Terkadang, kita menjadi egois ketika kita disakiti. Kita selalu ingin diperhatikan tapi kita tidak mau menoleh sedikit saja kepada mereka yang sebenarnya telah mengawasi kita sejak lama. Lebih dari itu, bahkan Allah sudah jauh lebih dulu ada. Kita hanya akan menolak karena kita membohongi diri sendiri dan berusaha melarikan diri dari kenyataan. Dan mungkin juga itu yang dulu saya lakukan. Dalam hal apapun. Berbeda dengan Naruto. Bahkan ketika pun dia menyadari perasaannya pada Sakura, tak sedikitpun dia memaksa Sakura karena dia tahu jawaban Sakura atas perasaannya. Dia hanya ingin melindungi Sakura karena Sakura  sangat berarti untuk dia. Terkadang susah sekali untuk bisa ikhlas. Selalu ingin dibalas ketika melakukan sesuatu untuk seseorang yang berarti. Tapi, tidak dengan Naruto. Haha, itulah yang saya pelajari dari Naruto. Makanya, saya suka banget. Dan cerita Naruto sendiri menurut saya bagus. Tidak hanya kehidupan tertentu yang dibahas tapi memang bagaimana para tokohnya belajar dari kehidupan mereka. Bagaimana tokohnya memilih dan menerima konsekuensi pilihan mereka. Pantesan aja banyak teman-teman yang suka banget sama anime ini. Saya aja yang baru lihat. Quote-nya juga bagus-bagus :D

Kedua, Gaara. Salah satu sahabatnya Naruto. Awalnya Gaara juga adalah seorang jinchuuriki seperti Naruto. Di dalam badannya ada Shukaku, monster rakun berekor satu. Shukaku biasa disebut ichibi *Haha dulu saya mikir, Shukaku itu surname-nya si Gaara* Kenapa saya suka Gaara? Karena Gaara cool :P lebih mirip saya daripada Naruto. Ya, Gaara melampiaskan semua kebenciannya dan berusaha untuk diakui dengan mencari rival untuk dibunuh. Saya juga dulu pernah seegois Gaara. Tapi, yang ada malah saya semakin banyak musuh. Lama baru saya menyadari bahwa menjadi hebat tidak akan selalu mendapat pengakuan. Tetapi, ketika kita bisa menghargai kehebatan orang lain dan saat kita mendapat pengakuan maka saat itulah kita akan menjadi hebat. Karena Naruto akhirnya Gaara bisa move on. Gaara akhirnya bisa mengerti arti persahabatan. Dan karena itu juga Gaara akhirnya jadi Kazekage *jabatan yang sama dengan Hokage* lebih dulu dari Naruto. Naruto iri tapi sebenarnya dia senang. Makanya, pas Gaara meninggal karena Shukaku dikeluarin dari badannya sama Akatsuki, Naruto ngamuk-ngamuk sambil nangis-nangis. Naruto ngerasa bersalah karena terlambat nyelamatin Gaara setelah sebelumnya dia gak berhasil nyelamatin Sasuke. Dari mereka berdua saya belajar bahwa setiap orang menanggung rasa sakitnya sendiri-sendiri. Dan memang Allah tidak akan memberikannya melainkan dengan kesanggupan kita sendiri. Sampai kita sanggup menanggung beban, maka sampai saat itu pula Allah akan memberikan tanggungan pada kita.

Ketiga, Namikaze Minato . Ini Yondaime Hokage *Hokage ke-4* dan dijuluki Ninja Jenius. Minato ini ayahnya Naruto dan cakep lagi :P Tapi bukan itu kok yang bikin saya senang sama tokohnya Minato. Menurut saya, Minato adalah sosok ayah yang baik. Dia memiliki kebijaksanaan sebagai seorang pemimpin dan sebagai seorang ayah *Saya juga baru tahu kalo Minato dulu gurunya Kakashi, Rin dan Obito. Kakashi akhirnya jadi gurunya Naruto. Rin sudah meninggal dan Obito jadi penjahat karena diprovokasi Madara* Sayangnya umurnya tidak panjang. Dia meninggal untuk melindungi desa dan putra semata wayangnya, Naruto dari serangan Kyuubi. Dia nih yang punya Kiiroi Senkou *yellow flash* yang terkenal banget. Jadi, jurus teleportasi pake tanda. Trus, Minato juga nguasain teknik fuin atau segel. Dia sengaja pake segel Dewa Kematian yang merupakan jurus terlarang untuk mengorbankan nyawanya dan menyegel setengah chakra *kekuatan* Kyuubi dalam tubuhnya dan menaruh setengah lagi dalam tubuhnya Naruto pake Hakke Fuin *Segel Delapan Gerbang* yang akhirnya membuat Naruto jadi jinchuuriki ketiganya Kyuubi. Dua jinchuuriki Kyuubi sebelumnya adalah perempuan dari klan Uzumaki, yakni istri Shodaime Hokage (Hokage Pertama), Uzumaki Mito dan kedua ibunya Naruto, Uzumaki Kushina. Yah, ini dia yang namanya buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Si Naruto mirip banget sama ayahnya dan pastinya ngewarisin kemampuan ortunya. Yah, cinta ortu ke anak itu abadi seperti Minato dan Kushina ke Naruto. Pas lihat flash back lahirnya Naruto dan pengorbanan ortunya saya sampe nangis. Adegan kedua setelah Naruto yang berhasil menerima sisi gelap dirinya. Bagi Minato, anak dan desanya adalah dua hal yang sangat berharga. Dan dia akan melakukan apapun untuk menyelamatkan keduanya, sekalipun itu mengorbankan dirinya sendiri. Minato juga sayang banget sama keluarganya. 

Haha, ini baru part I. Kapan-kapan kalo saya sempat bakal saya posting lagi tokoh-tokoh selanjutnya. Kebetulan disini dapatnya protagonis. Haha, saya juga suka beberapa tokoh antagonis di Naruto. Dan semua itu karena mereka yang memilihnya. Oke, sampai jumpa di lain kesempatan :D

Shelter, May 3rd 2014. Masih pemanasan.

Backsound : Alive by Raiko
*Suka banget sama liriknya.  "Setiap orang pernah gagal. Tapi itu bukanlah sesuatu yang memalukan. Jangan sia-siakan luka ini. Berjalan dan tertawalah. Itu lebih baik".

Wednesday, 30 April 2014

Hajimeyou!

Ketika kebenaran dikembalikan kepada persepsi masing2 orang, tentu caranya akan berbeda-beda dan bisa jadi satu dengan yang lain akan saling menghabisi atas nama kebenaran yang diusung kepala masing-masing. 

Uchiha Madara ngebet banget pengen nguasain dunia untuk perdamaian dengan rencana Tsuki no Me. Tp dia gak nyadar kalo cara yang dia lakukan untuk mencapai perdamaian (versi kepalanya Madara) itu justru menimbulkan kekacauan dengan adanya Perang Dunia Shinobi IV.

Begitu juga dengan hari ini. Orang-orang senantiasa berkonotasi dengan hal-hal yang menurut perasaan mereka adalah baik. Seperti kata perdamaian. Konotasinya baik. Tapi, untuk mencapai hal itu digunakan cara yang merusak. Dengan penerapan Demokrasi yang justru membuat orang lain tanpa sadar merampas hak orang lainnya untuk mendapatkan kebebasannya sendiri.

Sayangnya, hidup ini bukan fantasy macam Naruto. Tapi, dalam cerita kehidupan selalu ada orang-orang seperti Madara dan Naruto. Orang yang niatnya baik tapi caranya salah. Dan orang yang memperjuangkan apa yang diyakininya untuk masa depan yang lebih baik dengan jalan yang benar. 

Dan kebenaran itu tidak mungkin datang dari tempat dimana perbedaan selalu ada. Ya, kebenaran tidak datang dari sisi manusia. Keberadaan hanya datang dari sisi Yang Maha Benar. Allah SWT. Dan karena keyakinan kita akan kebenaran itulah maka kita memilih untuk memperjuangkannya.

Saatnya memilih kebenaran bukan mencari pembenaran.

Finally, setelah sekian lama akhirnya bisa nulis lagi. And see, tulisannya bener-bener random :D Demo, daijoubu. Selama bisa menebar hikmah dan ibrah, gak masalah ^_^
Shelter, April 30th 2014. Malam Mayday.
Backsound : Goodbye to Onaji Kurai Thank You

Thursday, 10 April 2014

Perempuan Penggenggam Bara Islam

Engkau telah lama berkelana
dalam belantara gelap tanpa batas
Belasan tahun dalam pencarian
Namun, tak kunjung kau temukan cahaya

Dan tiba masa
Saat tanya dan harapanmu terjawab
Kau temukan Islam
bersama warna-warni 
yang membunuh gelapnya jiwamu

Hangat
Cerah
Bersinar
Tanpa batas

Lalu, Dia biarkan kau buktikan
Seberapa murni cinta yang kau beri
Seberapa teguh keyakinan yang kau tanam
Seberapa kuat pijakan yang kau tapak

Karena ternyata bara Islam juga sangat panas
Dan kau terbakar olehnya
Hingga kau hidup dengan panas bara itu

Perempuan penggenggam bara Islam
Meski kenyataan telah membunuhmu
Menusuk hatimu dalam
dan semakin dalam

Kau kan selalu hidup
Bersama bara yang kau genggam
Bersama mabda yang kau emban
karena kaulah sang penggenggam bara Islam

By : Dwi Putri Ayu Rizki A. Lestari

Sebuah persembahan untuk dua sahabatku, Midori dan bu Dokter. Barakallahulakuma yaa Ukhty. Wish u all the best. Semoga Allah senantiasa menjaga antuma dalam ketaatan dan keistiqomahan hingga Dia memanggil antuma ke sisiNya. Ini hanya sedikit persembahan dariku. Kenanglah. Tak perlu sebagai hadiah. Cukup kenang bahwa ada seseorang yang bangga dan bersyukur menjadi salah satu sahabat kalian. Dan aku berharap itu aku :)


Khairunnisa, April 10th 2014. Bersama Ujian.

Sunday, 16 March 2014

Sastra Islam Ideologis, Why Not?

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat takut ke toko buku. Haha, pasti heran. Saya juga heran, kenapa toko buku seperti jadi phobia baru buat saya. Setelah saya analisis, karena ternyata isi toko buku di rak fiksi itu semuaaaa tentang cintaa. Tapi, cintanya ya gitu. Cinta yang mainstream. Tentang hubungan rumit, pacaran, menunggu, dan arrgh, itu yang saya tidak suka. Rasanya pengen banget manjain mata dengan novel-novel yang unik dan tidak biasa. Petualangan atau yang inspiratif. Tapi, sepertinya sulit banget. Karena sekarang yang lagi populer emang soal cinta. Ketika pun itu bercerita tentang sebuah impian dan harapan alias ambisi, cinta pasti jadi bumbu penyedap. Yah, begitulah.

Dan barusan saya tahu kenapa sastra seperti itu. Setelah sekian lama saya merasa menjadi orang yang salah jurusan, haha. Tapi, lama-lama sastra itu mengasyikkan. Meskipun saya bukan tipe perasa yang peka, tapi sedikit demi sedikit -dengan latihan- akhirnya bisa juga punya taste atau rasa tentang sastra. Meskipun belum jago banget kayak kakak saya. Kenapa dalam sastra perasaan itu menjadi sangat dominan? Karena tujuan sastra itu ditulis emang untuk membangkitkan perasaan dan emosi pembaca atau pendengar alias penikmat. Itu tujuan utama sastra ditulis. Meskipun deretannya menggunakan susunan kata dan kalimat, semua itu adalah jembatan bangkitnya perasaan dan emosi penikmatnya. Maka ide sastra adalah cara yang digunakan untuk memunculkan perasaan dan emosi dengan deretan kata serta kalimat sebagai jembatannya. Makanya kenapa yang dibahas cintaa melulu atau sesuatu yang berbau naluri. Karena emang itu muncul secara alami. Dan semua manusia punya itu. 

Namun, saat ini sastra justru berkembang sangat pesat dan kalo saya bisa bilang, sastra adalah media yang cukup ampuh untuk melakukan sebuah propaganda. Ya, sastra adalah wasilah atau sarana yang bisa digunakan untuk melakukan propaganda karena yang pertama kali disentuh oleh sastra adalah perasaan. Perasaan yang dilatarbelakangi oleh sebuah pemikiran akan mempengaruhi cara berpikir seseorang (pemahaman) dan ketika pemahaman itu berubah maka tingkah laku seseorang pun akan berubah. Dalam menciptakan karya sastra, kesan adalah tujuan utama. Sedangkan ide atau pemikiran adalah cara dan sarananya. Makanya sastra sekarang seringnya tentang cinta ataupun ambisi duniawi, semua itu tidak terlepas dari cara penulisnya memandang kehidupan ini. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini orang-orang kebanyakan memisahkan agama dengan kehidupan. Agama dianggap hanya sebatas ritual ibadah yang tidak berkorelasi dengan kehidupan. Sehingga naluri yang setiap saat dirasakan dan menuntut dipuaskan berikut kebutuhan jasmani akhirnya diatur sendiri oleh manusia. Dengan legitimasi seperti itu, akhirnya manusia bebas berperilaku sekehendaknya tanpa merasa bahwa ia diciptakan untuk diatur. 

Balik lagi ke tujuan utama sastra. Ya, kesan. Untuk menciptakan kesan maka seseorang harus punya cita rasa. Karena cita rasa atau taste akan mampu melahirkan sebuah pemahaman akan teks sastra. So, emang harus banyak latihan. Seperti kata Kakak saya, "Loe gak bakal bisa jadi editor novel kalo loe gak pernah baca novel". Ya, sekarang barulah saya ngerti kalo taste itu dilatih dengan banyak membaca teks sastra. Pantesan Kakak saya jago banget kalo merangkai kata meskipun saya jarang mendapat taste-nya karena sudah ditolak duluan sama kepala saya hehe peace kak. Beliau sudah banyak membaca teks sastra yang macamnya beda-beda. Beda banget sama saya yang anak sastra tapi bacaannya teks-teks pemikiran politik haha. Tapi, saya gak berkecil hati kok. Saya tetap anak sastra meskipun saya politisi. Gak masalah kan ahli dalam berbagai bidang selama tidak melanggar syariat? :)

Untuk menyukseskan dakwah, maka butuh opini. Tidak hanya sekedar kaderisasi massif. Nah, sastra bisa jadi wasilah. Kalo menurut saya, harus lebih banyak lagi sastra islam ideologis. Mungkin buku-buku ideologis seputar motivasi dan non fiksi sudah sangat banyak. Padahal, sastra islam ideologis itu juga perlu lho. Ketika perasaan Islam seseorang sudah bangkit dan dikaitkan dengan pemikiran Islam, in syaa Allah pemahamannya akan bisa berubah. Maka, butuh lebih banyak karya sastra ideologis untuk membantu membahasakan Islam ideologis dengan sederhana yang mampu menyentuh setiap hati pembacanya. 

Dari beberapa karya sastra ideologis yang saya baca -bukan karya keroyokan- baru satu yang bener-bener saya rasa taste-nya beda. Novel yang bikin mikir karena penulisnya bermain di alur. Dan menurut saya lumayan sulit menciptakan karya dengan alur yang rumit begitu hehe. Tunggu aja reviewnya, beserta salah satu kitab favorit saya, yang bikin saya akhirnya mau belajar untuk mencintai sastra haha :D

Khairunnisa, March 16th 2014. 04:43 PM. 

Friday, 14 March 2014

Buying March *Edisi Islamic Book Fair 2014*

Assalamu'alaikum.

Ternyata, memulai itu memang selalu jadi perkara sulit. Padahal, belum ada sebulan saya vakum nulis. Sekarang mau gerakkin jari rasanya kaku semua *plis deh, gak usah lebay*

Oke, kali ini saya cuma pengen intermezzo aja. Sekalian bersih-bersih blog. Karena blognya banyak, jadinya kecapean bersih-bersihnya. Makanya ceritanya cuma cerita intermezzo. Semoga dapat ibrah. Kalo gak ada, jangan diada-adakan, ntar saya dosa karena dikira bohong :D

Menjelang April, agenda mendadak banyak. Dan saya mendadak jadi sangat sibuk. Maklum, tiba-tiba kejatuhan amanah bejibun. Alhamdulillah masih dikasih kesempatan dan kepercayaan. Jazakumullah khair for Mb Ninik, Mb Dina dan Mb Afiqoh <3

Karena banyak agenda, otomatis menguras tenaga. Tapi, ada satu event yang gak mungkin saya lewatkan kali ini. Yup, Islamic Book Fair. Sebuah event pameran buku-buku Islami yang diadakan 3 kali dalam setahun. Kali ini IBF diselenggarakan di minggu pertama bulan ini. Haha, kagok juga sih soalnya budgetnya pas-pasan *ini aja gw masih ngutang*

Tapi, IBF kali ini beda banget sama IBF yang pernah saya datangi. Meskipun tempatnya sama, tapi karena stand bukunya agak di depan, jadi saya kagok. Biasanya stand buku ideologis itu selalu di dalam, paling pojok dan sempit *mungkin karena bukunya banyak kali ya* Sama satu lagi, gelap. Alhamdulillah kali ini agak cerah.

Sayangnya bukan cuma karena itu makanya saya bilang ini IBF yang paling beda. Tapi, karena penjaga standnya juga beda dan jujur, saya shock pas tau kalo itu penjaga stand. Kirain orang yang mau beli. Haha, gak ada tampang banget buat jualan buku
Ini buku yang berhasil saya beli :)

Tiga kali bolak-balik di hari terakhir event itu bikin saya berasa kenal lama sama tuh 2 orang aneh. Mau jaim gak bisa. Kayaknya diantara semua pembeli, cuma saya yang digituin. Dicengin berkali-kali. Mana bisa gak ketawa? Jadilah 3 kali bolak-balik udah kayak main OVJ. Ngelawak aja. IBF kali ini bener-bener gokil. Tapi, alhamdulillah buku yang saya cari ketemu juga hehe. At Tafkir karyanya Syaikh Taqiyuddin An Nabhani yang sudah saya cari entah kemana, karena pas maba dulu saya sempat beli *taun kapan ya? :)*

Selain itu, saya juga beli 2 buku lain. Padahal, gak saya rencanakan. Dan itu dengan uang yang tersisa :( Tapi gak apa-apa, rizki gak kemana *di rumahnya lagi makan, eh*

I'm waiting for the next IBF sambil mikir buku apalagi yang bakal dihunting. Biar gak kalap kalo pas kesana. Apalagi kalo penjualnya kayak 2 orang itu. Hadeh -__-"

Haha, kayaknya cukup sekian intermezzo-nya. Sudah azan dan saatnya melanjutkan aktivitas :)

Khairunnisa, March 14th 2014. 02:57 PM. Ngumpulin semangat.


Friday, 21 February 2014

CINTAKAH???

Satu hal yang membuatku bersyukur ketika aku menginjakkan kaki di sekolah ini untuk pertama kalinya adalah karena aku termasuk salah satu dari segelintir siswa yang bisa masuk ke sekolah favorit melalui jalur beasiswa, sehingga aku tak perlu terlalu memikirkan biaya sekolah yang bisa kupastikan takkan mampu kutanggung bersama orang tuaku.
Namun, ada satu hal lagi yang membuatku merasa bahwa hidupku tidak sia-sia. Di sekolah yang kupikir hanya dihuni oleh orang-orang yang serba kecukupan dan tak peduli dengan keadaan sekitarnya ini mampu mengubahku. Mengubahku menjadi seseorang yang sebelumnya tidak kupikirkan. Di sekolah ini aku bertemu dengan orang-orang yang luar biasa. Mereka tidak hanya kuanggap sebagai sahabat, tetapi juga saudara karena kami semua memiliki keyakinan yang sama bahwa Allah swt adalah satu-satunya Tuhan yang harus disembah dan Rasulullah saw adalah utusan yang Dia utus untuk memberi rahmat di seluruh alam raya ini dengan sebuah risalah yang sempurna, Islam. Itulah aku yang sekarang.
Saat akhir semester dua di kelas X, aku bergabung di organisasi kerohanian di sekolahku. Rohis atau Kerohanian Islam. Organisasi yang paling sedikit diminati oleh siswa-siswa di sekolah favorit sekaliber sekolahku. Kebanyakan murid-murid di sekolahku lebih tertarik dengan OSIS, club olahraga dan seni, serta kelompok yang bersifat akademik belaka. Ya, jumlah kami sangat sedikit dibanding organisasi dan kelompok ekstrakurikuler lainnya di sekolah tetapi itulah yang membuat kami istimewa. Benarlah, bahwa orang-orang istimewa itu langka karena mereka sedikit dan aku bangga bisa bersama teman-teman di Rohis.
---
Hari ini, seperti biasa saat pulang sekolah, lingkungan sekolahku langsung menjadi lautan manusia. Belum lagi teman-teman yang membawa kendaraan ke sekolah. Mulai dari sepeda, sepeda motor sampai mobil dengan harga yang tidak bisa dibilang murah.
Aku hanyalah satu diantara beberapa siswa yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Setiap hari aku harus naik kendaraan umum. Tetapi, aku tidak minder. Dan aku tidak ingin minder. Selama aku bisa melaksanakan kewajibanku dengan taat pada aturan Allah, itu sudah cukup.
Seperti biasa, setelah menyelesaikan semua urusanku di sekolah, aku pulang melewati gerbang timur sekolahku. Di sana memang khusus untuk siswa yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Namun, hari ini ada yang berbeda. Semoga saja aku tidak sedang mengkhayal.
Saat sedang berjalan, tiba-tiba sebuah mobil yang tidak asing berhenti di sampingku. Pintu depan mobil langsung terbuka. Aku kaget dan langsung menghentikan langkahku. Dari dalam mobil seseorang mengeluarkan kepalanya.
“Rhe, pulang bareng yuk,” katanya.
Aku hampir tidak percaya dengan apa yang aku lihat sampai aku memastikan dengan sedikit menunduk.
“Yudhis?,” hanya itu ucapan yang bisa kukeluarkan.
“Kenapa? Kaget ya?,” katanya lagi sambil tersenyum.
“Ng,nggak kok. Cuma aneh aja. Kamu tiba-tiba ngajakin pulang bareng. Kayaknya iklim Indonesia belum berubah deh, masih tropis,” aku tidak sadar dengan ucapanku. Aku tidak bermaksud bercanda.
“Apa hubungannya dengan iklim? Garing banget. Emang salah kalo kita pulang bareng?,” tanyanya.
“Bukannya kamu pacaran sama Gizza ya? Kemana dia? Kok gak bareng?,” kataku seadanya.
“Udah, gak usah nyebut-nyebut dia lagi. Aku udah gak ada apa-apa sama dia,” balasnya.
Aku masih belum percaya dengan apa yang kulihat dan kudengar. Lama aku terdiam. Aku berpikir. Erlangga Yudhistira. Teman sekelasku sejak kelas X. Anak seorang pengusaha sukses. Sejak masuk sekolah dia telah merebut perhatian banyak siswi termasuk senior. Semester lalu dia terpilih sebagai wakil ketua OSIS. Selain pintar, dia juga terkenal sering bergonta-ganti pacar. Dan semua pacarnya juga primadona sekolah. Kelasku selalu jadi pusat perhatian 90% karena keberadaannya. Aku hampir tidak pernah bertegur sapa dengannya. Hanya saat-saat tertentu saja dan biasanya saat itu aku akan menjadi lawan debatnya. Apalagi dengan pemahamannya yang kesana-kemari, aku pasti akan menyesal kalau tidak mendebat pendapatnya. Dan yang ajaib adalah hari ini dia mengajakku pulang bersama. Sangat tidak biasa.
“Kamu kenapa Rhe? Kamu baik-baik aja kan?,” kata-katanya membuyarkan lamunanku.
“Gak, aku gak apa-apa kok. Kayaknya kita udah terlalu lama berdiri di sini. Udah sore. Aku harus buru-buru pulang. Kayaknya kamu salah ngajak orang deh,” aku langsung mempercepat langkahku meninggalkannya.
“Rhe, jangan pergi dulu!,” kata Yudhis. Tetapi aku tidak ingin berbalik. Aku berjalan sangat cepat dan mulai berlari kecil menghampiri angkutan umum seolah aku tidak mendengar kata-katanya.
Saat di dalam mobil, aku beritighfar berkali-kali.
“Ya Allah, apakah ini ujianMu yang baru untukku?,” batinku sambil mengelus dada.
---
Handphone-ku berdering. Private number. Kupikir tak perlu kuangkat. Sepertinya salah sambung. Di zaman Kapitalis seperti sekarang, orang-orang menjadikan alat komunikasi untuk hal-hal yang tidak berguna. Lebih banyak menggunakannya untuk bermaksiat daripada untuk ibadah, dalam artian melakukan hal yang lebih berguna.
Anehnya, handphone-ku berdering lagi. Untuk yang kesekian kalinya. Aku tidak tahan. Padahal, aku harusnya sudah tidur daritadi. Besok ada ulangan dan aku harus mempersiapkan agenda rapat Rohis. Akhirnya aku angkat dengan terpaksa.
“Halo? Kok lama banget ngangkatnya?,” kata sebuah suara di seberang telepon.
“Ini siapa?,” tanyaku.
“Masa gak kenal suaraku? Padahal kita selalu sekelas”
“Siapa sih? Ada perlu apa nelfon malam-malam? Kalo gak penting lebih baik tutup aja,” kataku agak ketus.
“Aku gak nyangka Rhe, kamu bisa jutek juga”
“Aku lagi gak pengen bercanda. Ini dengan siapa dan ada perlu apa? Kamu tau gak sekarang jam berapa?”
“Iya, aku tau kok. Sekarang jam 11 lebih 10 menit 21 detik”.
“Kalo udah tau, kenapa masih telfon jam segini? Kamu tau sekarang kamu lagi telfonan sama siapa?”
“Iya, aku tau. Aku lagi telfonan sama Rhe, cewek jutek, nyebelin tapi sering bikin aku kepikiran”.
Astaghfirullahaladzim, sepertinya orang ini benar-benar harus kutegasi.
“Maaf ya, aku gak ada waktu ngobrol gak penting sama orang yang gak punya sopan santun,” aku langsung menutup teleponnya.
Namun, beberapa saat kemudian, ada SMS. Nomor yang tidak kukenal.
Rhe, ini aku yang telfon kamu tadi. Kamu kok ketus banget sih? Padahal kan aku Cuma pengen ngobrol. Ngomong-ngomong kamu udah belajar buat besok?
.Yudhis.
Lagi-lagi aku terkejut. “Apa-apaan orang ini?,” pikirku.
Sepertinya kejadian sepulang sekolah tadi bukan sekedar kebetulan. Dan aku harus tahu apa maksudnya melakukan semua ini.
“Ya Allah, semoga aku tidak bertindak berdasarkan naluriku yang terbatas,” kusisipkan doa itu sebelum tidur.
---
Keterkejutanku masih berlanjut sampai keesokkan harinya. Aku menemukan sekotak cokelat dan sebuah surat di tempat dudukku.
“Rhe, apaan tuh?,” Alya, teman sebangku-ku yang juga bergabung di Rohis bersamaku langsung merebut cokelat dari tanganku sedangkan suratnya terjatuh.
“Wah, cokelat. Aku mau dong,” katanya sambil bersiap-siap membuka bungkusan cokelat itu.
“Eh, jangan!,” kataku cepat-cepat.
“Kenapa?,” jidat Alya berkerut.
“Itu bukan punya aku. Kayaknya ada orang salah naruh deh,” jawabku.
“Maksud kamu?”
“Ini ada suratnya,” jawabku.
“Ayo, buka!,” kata Alya.
“Gak. Nanti aja. Biar Farah lihat dulu,” kataku.
“Rhe, biasanya sih kalo surat ada cokelatnya, isinya pasti surat cinta”
“Ah, sembarangan aja kamu, Al. Siapa juga yang mau ngirimin aku surat cinta? Di sekolah ini kan banyak primadona. Dan gak ada sejarahnya anak Rohis di sekolah ini jadi primadona”
“Kali aja secret admirer kamu, Rhe”
“Gak mungkin. Aku gak ngerasa ngelakuin sesuatu yang bikin aku punya secret admirer
Aku melihat sekelilingku. Dan saat melihat ke arah pintu, pandanganku tak sengaja bertemu dengan pandangan Yudhis. Aku langsung berbalik sambil beristighfar.
“Gak mungkin Yudhis orangnya”, pikirku. “Astaghfirullahaladzim, ya Allah semoga aku gak ge-er”.
Sepanjang pelajaran aku beristighfar tiada henti. Sampai akhirnya bel istirahat berbunyi. Aku dan Alya langsung ke masjid sekolah mencari Farah, kordinator keputrian Rohis.
“Assalamualaikum,” kataku dan Alya bersamaan.
“Waalaikumussalam warahmatullah,” jawab Farah sambil tersenyum.
“Aku mau kamu baca ini,” kataku tanpa basa-basi.
“Ini apa Rhe?,” Tanya Farah bingung.
“Surat, Far. Surat dari secret admirer-nya si Rhe,” kata Alya.
“Hus! Bukan,” kataku cepat-cepat.
“Kenapa gak kamu buka sendiri aja Rhe?,” Tanya Farah.
“Aku pengen kamu aja yang baca. Aku gak yakin surat itu buat aku,” jawabku.
Farah lalu membuka surat itu. Di sisi kanan kertas tertulis.
Untuk Rhe.
“Surat ini buat kamu lho Rhe,” kata Farah kemudian.
“Hah?,” keningku berkerut.
“Ekspresinya jelek banget,” kata Alya.
“Apaan sih?,” kataku agak kesal.
“Aku juga mau lihat, Far,” kata Alya.
Akhirnya aku juga ikut membaca surat itu.
Aku tak mengerti mengapa semakin hari pikiran tentangmu semakin menyita waktuku..
Berkali kuingkari, kucoba tuk hindari.
Namun, bayanganmu tak mau menyingkir dari sudut pikiranku.
Terkadang aku tak tahu aku harus berbuat apa.
Aku bertanya pada diriku sendiri, apa aku sudah gila?
Tidak, aku tidak gila. Aku hanya sedang jatuh cinta.
Jatuh cinta pada seseorang yang tidak pernah kusangka
Memasuki hatiku tanpa kuketahui..
Padahal, hari sudah berlalu begitu lama. Namun, tak juga ingin pergi..
“Gak ada namanya,” kata Farah.
“Ih, lebay banget kata-katanya,” kata Alya.
“Astaghfirullahaladzim,” kataku.
“Kenapa Rhe? Kok malah istighfar?,” Tanya Alya.
“Kayaknya aku harus muhasabah deh. Masa sih ada orang yang sampe geer sama aku? Aku gak mau dianggap godain orang,” kataku.
“Alhamdulillah kalo kamu punya pikiran kayak gitu. Sebaiknya kamu harus lebih hati-hati lagi Rhe,” kata Farah.
“Iya,” kataku.
“Kata-kata picisan kayak gitu wajib dicurigai,” kata Alya.
---
Di koridor Yudhis dan teman-temannya sedang membicarakan Rhe.
“Loe udah ngasih surat ke dia?,” kata salah satu teman Yudhis.
“Cepet juga action loe,” tambah yang lain.
“Gue kan udah bilang, gue gak pernah dengan kata-kata gue. Tapi, tetep aja harus ada reward  buat gue,” kata Yudhis.
“Loe yakin bisa naklukkin dia?”
“Kenapa gak? Yudhis gak pernah gagal soal cewek,” kata Yudhis tanpa ragu.
“Iya juga sih. Jarang banget ada cewek yang nolak loe. Primadona sekolah sekelas Gizza aja gak bisa nolak loe. Malah mereka ngejar-ngejar loe apalagi cewek biasa kayak si Rhe?”
“Eh, itu anaknya. Bentar ya, gue samperin dia dulu”
“Loe serius?”
“Cuma lewat cara ini gue bisa balas dendam. Cewek itu bener-bener rese. Dia yang paling rese diantara semua anak Rohis”
---
Aku kembali ke kelas dengan surat itu di tanganku. Aku terus berfikir, siapa yang melakukan ini padaku? Apa dia ingin membuat nama Rohis sekolah yang terkenal konsisten dan militan menjadi sama saja dengan yang lain? Astaghfirullah, lagi-lagi aku beristighfar. Ya Allah, semoga saja aku bukan termasuk wanita yang tidak bisa menjaga hati dan kesuciannya.
“Udah baca suratnya?,” seseorang menghampiriku.
Aku kaget. Yudhis.
“Jadi...”
“Udah baca berarti?”
“Apa maksud kamu?”
“Gak perlu pura-pura gak ngerti. Tanya aja hati kamu,” katanya dan langsung pergi.
Aku tidak sempat mencegahnya.
Ya Allah, itu beneran Yudhis.
---
“Hah? Si Yudhis? Yang bener Rhe?,” kata Alya tak percaya.
“Aku juga gak pengen percaya, Al. Tapi, dianya ngomong gitu,” kataku.
“Wah, si Yudhis kok kayak gitu ya?,” kata Alya.
“Ayo, temenin aku ke lapangan basket. Dia ada di sana. Aku mau balikin ini,” kataku.
Akhirnya, aku dan Alya ke lapangan basket. Hari ini memang adalah jadwal latihan Club Basket sekolah. Saat kami datang mereka sedang bermain basket. Walau hanya latihan, banyak sekali yang menonton terutama para siswi yang mengidolakan Yudhis. Dia memang sangat mahir bermain basket. Tapi, tetap saja gayanya seperti remaja kebanyakan. Jauh dari Islam.
Aku dan Alya berdiri di tribun yang agak jauh dari kerumunan penonton. Lautan siswa yang berikhtilat. Campur baur yang sangat lazim terlihat di kalangan remaja sekarang. Pergaulan yang sudah rusak, karena sistem hidup yang juga rusak. Miris rasanya melihat teman-teman seperti itu. Segala sesuatu dilihat dari fisik dan diukur dengan uang.
“Rhe, si Yudhis nengok ke sini,” kata Alya. Aku tersadar. Dan benar saja. Yudhis melihat ke arah kami sambil tersenyum setelah memasukkan bola ke dalam ring dengan tembakan 3 points. Sontak siswi-siswi langsung berteriak histeris dan meneriakkan namanya. Mereka semua tidak tahu kalau ada dua orang lagi di atas tribun selain mereka.
“Semoga aja bukan senyum ke kita, Al,” kataku.
“Bener-bener tuh orang. Playboy stadium akhir. Gak puas ngegoda primadona sekolah sekarang ngegoda anak Rohis. Kurang kerjaan,” kata Alya mulai kesal.
“Gitu deh kalo hidup Cuma buat seneng-seneng, Al. Mengatasnamakan kesucian cinta buat memenuhi hawa nafsu,” kataku pada Alya.
“Kamu bener, Rhe. Alhamdulillah kita bisa dapat hidayah dengan gabung di Rohis. Kalo gak, kita bakalan sama aja kayak mereka,” kata Alya.
Kami menunggu sampai lapangan sepi. Kemudian, aku dan Alya menghampiri Yudhis yang sedang istirahat di bangku pemain bersama teman-temannya. Saat aku datang, teman-teman Yudhis sibuk menggodanya.
“Ehm, baru juga diceritain”
“Barusan anak Rohis nonton latihan basket”
“Aku mau balikin ini,” kataku seolah tak mendengar kata-kata teman-teman Yudhis. Aku lalu meletakkan cokelat dan surat di bangku.
“Kok dibalikin? Itu buat kamu,” kata Yudhis.
“Aku gak bisa nerima ini. Ini bukan hak aku,” balasku.
“Aku kan ngasihnya ikhlas, Rhe,” kata Yudhis lagi.
“Ikhlas aja gak cukup. Caranya harus bener. Cara kamu salah, Yudhis. Kamu gak seharusnya ngasih ini ke aku. Dalam Islam bukan kayak gini cara ngasih hadiah, apalagi ke lawan jenis. Semua ada aturannya. Begitupun dengan mengekspresikan cinta. Islam gak pernah mengajarkan untuk mengekspresikan cinta dengan hawa nafsu kita sendiri. Cara kamu salah meski mungkin kamu sungguh-sungguh. Dan itu sia-sia. Justru harusnya kamu yang nanya hati kamu, apa itu beneran cinta? Atau ada hal lain dibalik kata-kata cinta itu? Cinta terlalu suci untuk dijadikan bahan lelucon. Aku gak minta pembuktian dari kamu. Aku juga gak nantangin kamu. Merenunglah. Kamu udah bisa mikir. Aku yakin kamu gak bodoh,” aku menjelaskan panjang-lebar di hadapan mereka semua. Teman-teman Yudhis melongo mendengar penjelasanku. Yudhis hanya terdiam. Entah dia sedang mencerna kata-kataku untuk memikirkannya ataukah dia sedang menahan emosinya.
“Kayaknya aku udah terlalu banyak ngomong. Aku permisi. Assalamualaikum,” kataku langsung pergi diikuti Alya.
---
Setelah hari itu, Yudhis sudah tidak pernah menggangguku lagi. Di sekolah, lewat telepon ataupun SMS. Dia juga mulai berubah. Dia jadi lebih pendiam dan tidak tebar pesona lagi. Dan yang paling mencengangkan adalah sekarang dia lebih sering di mushola bersama teman-teman rohis. Teman-temannya pun kadang bersamanya. Dia juga sudah jarang ada di lapangan basket. Sepertinya dia mulai serius dalam OSIS yang dulu sering diabaikannya. Dia hanya menggunakan OSIS untuk kepentingannya. Tak jarang kami adu argumen karena ide-idenya yang menurutku sangat tidak baik. Sekarang, sepertinya dia lebih serius. Dia juga jarang terlihat pulang bersama lawan jenisnya lagi.
Tetapi, hari ini aku kembali menemukan sebuah amplop berisi surat di laci mejaku. Aku cepat-cepat membukanya dan mulai membacanya.
Untuk Rhe.
Aku minta maaf kalo lagi-lagi aku lancang naruh surat di laci meja kamu. Tapi, aku pengen kamu tahu kalo surat ini beda dengan suratku yang kemarin.
Pertama, aku minta maaf karena udah gangguin kamu. Wajar kalo kamu jadi kesal dan tambah antipati sama aku. Aku juga minta maaf karena waktu itu aku sengaja kayak gitu dan semua itu untuk balas dendam sama kamu. Aku gak suka dengan sikap kamu yang menurutku terlalu sok paling bener dalam segala hal. Kamu selalu bawa-bawa Islam setiap kali kita adu argumen. Sekarang, aku mulai mengerti kenapa kamu begitu keras kepala dengan pendapat-pendapat kamu waktu itu.
Kedua, aku berterima kasih sama kamu. Penjelasan kamu waktu itu bikin aku berpikir lama banget sampai akhirnya terbersit keinginan untuk tahu apa yang sebenarnya kamu dapatkan di Rohis. Dan saat aku tahu apa yang kalian pelajari di sana, aku seperti ditampar. Ternyata, selama ini aku hidup dalam kesia-siaan.
Kamu bener Rhe, aku yang harusnya nanya hati aku. Semoga Allah masih mau ngasih ampunanNya untuk aku atas semua kesalahan-kesalahanku. Atas cinta yang aku kotori dengan hawa nafsuku. Padahal, hanya kepadaNya harusnya aku memberi cintaku dan mencintai yang lain hanya karenaNya.  
Setelah hari ini, aku akan mendekati Allah lebih dari sebelumnya. Aku akan mencintaiNya dengan cinta yang sebenarnya. Aku akan memberikan hatiku dan hidupku untuk selalu taat kepadaNya. Seperti kamu.
Terima kasih, Rhe,
Jika Allah mengizinkan aku mencintai seseorang karenaNya, aku ingin mencintai orang seperti kamu karena Dia.
Yudhis.

Kulipat surat itu sambil tersenyum. Alhamdulillah, ternyata dia merenungi kata-kataku waktu itu.
“Hayoo, ada apa senyum-senyum sendiri?,” Alya tiba-tiba datang.
“Alya, aku kaget,” kataku.
“Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?,” Tanya Alya.
“Ada deh,” kataku menggodanya.
“Aaah, Rhe. Jangan gitu. Kamu sekarang mulai rahasia-rahasiaan ya sama aku?,” kata Alya.
“Nanti aja aku kasih tau. Bentar lagi masuk,” kataku.
“Janji ya,” kata Alya.
“Iya,” balasku.
“Gitu dong. Rhe baik deh. Uhibbuki fillah,” katanya sambil tersenyum. Dia akan berkata seperti itu setiap kali aku mengabulkan keinginannya.
Yudhis. Syukurlah, dia mulai bisa memahami apa yang seharusnya dia lakukan. Siapa yang harus dia cintai lebih dari apapun. Sekarang, kita sedang belajar. Belajar untuk memahami agamaNya. Dan berusaha mencintaiNya dengan sebenar-benarnya cinta serta mewujudkannya dengan ketaatan yang sempurna serta berjuang demi tegaknya agamaNya hingga ajal menjemput.

-SELESAI-


Semoga aku bisa setegas dan se-istiqomah Rhe.
Malang, August, 17th 2011 M
Ramadhan, 17th 1432 H @ 11:53 AM. Menjelang sholat Dhuhur.


Special for Amelia Kurniawati yang udah mau baca cerpen super amatir ini :D